Nama Arjuna bukanlah nama yang lazim digunakan untuk seorang perempuan. Sangat mudah ditebak bahwa pemberian namanya tergolong “langka” untuk seorang perempuan. Arjuna adalah sebuah nama dari kesalahan dalam taksiran keluarganya. Ini dapat dilihat, Awalnya, ini kekeliruan kakek dari pihak ibu, orang Jawa asli Semarang, yang mengharapkan dia lahir sebagai anak laki-laki dan untuk itu ketika usia kandungan 7 bulan dalam rahim ibu, dibuat upacara khusus dengan bubur merah-putih bagi Arjuna disertai baca-baca Weda Mantra, pusaka pustaka warisan Sunan Kalijaga dari awal syiar Islam di tanah Jawa.
Tapi, dengan “ketidaksengajaan” pada pemberian nama, Arjuna berbeda dengan perempuan-perempuan yang lain sebaya, ia mempelajari filsafat dengan tekun. Arjuna menjadi mahasiswa filsafat di sebuah perguruan tinggi di Belanda. Ditemani Amin al-Ma’luf, ia mengisahkan dirinya yang menyenangi filsafat dari klasik hingga modern, dari teologi ke kosmologi.
Dalam kesehariannya ia tidak luput dari pemikiran-pemikiran filsafat yang selalu mempertanyakan muasal alam, Tuhan dan manusia. Karena ia kuliah di jurusan filsafat, mau tidak mau ia harus menyoalkan pemikiran dan mengetahui setiap filsuf dengan pola pikirnya.
Terkadang ia gemar merenung dan berdiskusi. Ketika di kelas, dosennya yang bernama Bloembergen sering mengajak diskusi tentang filsafat klasik dengan Arjuna. Selain berdiskusi tentang filsafat modern bersama Amin al-Ma’luf, teman satu kelasnya di jurusan filsafat. Memang, tidak seperti umumnya perempuan, Arjuna memilih filsafat untuk belajar tentang kehidupan.
Kodrat seorang perempuan tak dapat dikesampingan oleh Arjuna. Seorang perempuan segarang apapun “nalar”; Arjuna memeiliki pemikiran yang liar dalam filsafat, terlihat dari renungan atau komentar-komentar selama kuliah, tapi Arjuna itu tetaplah seorang perempuan.
Peristiwa menarik dialami Arjuna ketika merasakan jatuh cinta kepada pengajarnya, Profesor van Damme. Arjuna terpukau dengan gaya tutur Van Damme. Selama kuliah filsafat, Arjuna mempelajari filsafat dan teologi dari Van Damme. Tidak disangka, dari pengajaran filsafat ke pertanyaan dan berakhir dengan dialog, mereka berdua akhirnya saling suka. Alurnya berjalan sederhana saja, seringnya mereka bertemu di kampus dan membuat mereka melanjutkan pertemuan di rumah kontrakan Arjuna. Akhirnya, saling suka-menyukai pun tak dapat dihindari.
Namun, Arjuna juga sebagai orang timur–keturunan Cina-Jawa–akhirnya tidak melupakan tradisi sebagai seorang perempuan ke-timur-an. Akhirnya, ia menikah dengan Van Damme dan berbulan madu ke Bandung.
Sumber:
Remy Sylado, Perempuan Bernama Arjuna : Filsafat Dalam Fiksi, Nuansa Cendekia, Indonesia, 2013.
0 komentar:
Posting Komentar